Sabtu, 18 Agustus 2012

Pepek Panas, Ganas

Dalam  cerita ngentot terbaru yang akan kita nikmati hari ini lebih intens kepada memek pasien (red:Elly) yang begitu menikmati kegiatan mesumnya bersama dokter yang juga adalah mantan kekasihnya pada masa sekolah SMU ABG 3.5 tahun yang lalu. Dalam plot cerita ngentot terbaru yang akan pembaca nikmati hari ini Elly merasa tak berdaya dimana do’i dientot oleh dokternya dalam ruangan praktek mesum sementara sang suami menunggu diluar ruangan tunggu. Penasarankan? Yuk! kita Crot bareng-bareng, tapi jangan banyak2 dulu crotnya. Sisain buat cerita memek yang akan datang. hehe..
Permainan lidah Davine tak terlalu lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami sama sama telanjang. Davine meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri pangkal paha hingga bibir memek ku. Klitoris adalah bagian yang paling mendapatkan perhatian khusus dari Davine, cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku dengan berbagai macam gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan kudorong lebih dalam ke memek ku.
Aku duduk di kursi dokter, kepala Davine kembali menempel di selangkanganku, dia sungguh menikmati permainan ini begitu juga aku, permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih nikmat dibanding dengan suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan teori.
Desah tertahan sungguh merupakan siksaan tersendiri bagiku, tapi tidak bagi Davine, dia menikmati siksaanku ini, dia menyukai expresi wajahku ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat orgasme.
Setelah puas menikmati memek ku, Davine lalu berlutut di depanku dan mengatur posisinya sebelum memasukkan Kontolnya ke memek ku. Aku nggak mau melakukan terlalu cepat, kuminta Davine berdiri berganti posisi, dia duduk di kursi, kini aku berlutut di depannya, kuciumi Kontolnya, dengan gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya, kupermainkan lidahku di batang dan ujung kepala Kontolnya sebelum memasukkan Kontolnya kemulutku. Akhirnya hampir semua batang Kontolnya masuk dalam mulutku, dengan sliding aku mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena takut ketahuan, baik oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.

Sepertinya dia hampir tak tahan, lalu tubuhku dibopongnya menuju kamar sebelah yang tersambung ke ruang praktek dia. Kamar itu tidak terlalu luas, dengan ranjang yang cukup besar dan bersih, dindingnya di hiasi cermin seukuran ranjang.
“kamar apaan ini ?” tanyaku masih dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu periksa sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya, karena terlalu jauh dan tak akan terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien, kamar ini dirancang kedap suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan anakmu ?” tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang nonton TV sama anakku, dia baru berumur 2 tahun” Davine merebahkuan tubuhku di ranjang, dengan mesra dan penuh gairah dia menciumi kedua payudara ku sambil menindih tubuhku.
“ssssssshhhhh?”.. aagghhhh” aku sudah berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang aku alami.
“Dav, fuck me please nooooowwwwww” pintaku sambil mengocok kontol Davine
Tanpa membuang waktu lebih lama, Davine segera memasukkan kontolnya yang sudah sekeras batu ke memek ku yang sudah basah, dengan tiada kesulitan yang berarti melesaklah kontol itu ke memek ku, masuk semua tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan Davine, masih saja kurasakan perasaan asing di memek ku, karena bentuknya yang berbeda dengan suamiku.
Kupeluk erat tubuh Davine seolah tubuh kami menyatu dalam panasnya api birahi yang membara, sambil tetap berpelukan dan berciuman, Davine mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di atas tubuhku, kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan supaya bisa masuk lebih dalam.
“aaaaagghhhh”.. yaaa?” yesss”. trussss Dav” desahku mulai agak keras, aku mulai menemukan irama permainanku mengimbangi goyangannya, kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan aku di atas kadang dibawah.
Cukup lama kami dengan posisi ini, tak terasa kedua peluh sudah menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya tubuh kami dalam lautan kenikmatan. Memang asik bercinta dengan Davine, begitu penuh perasaan karena memang diantara kami bukan cuman nafsu yang berperan tapi api cinta masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya menuntaskan cinta yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.
Kami bercinta layaknya sepasang kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah tiga hari tidak berhubungan dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku bisa mengekspresikan kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan, apalagi ketika Davine mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut bergoyang keras.
Kuimbangi permainan irama Davine dengan menggerakkan tubuhku melawan gerakan Davine, kujepit tubuhnya dengan kedua kakiku yang mengapit di punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat membuat Davine lebih dalam menanamkan kontolnya di memek ku. Kurengkuh sebanyak mungkin kenikmatan dari Davine sebanyak yang bisa dia berikan, Davine mengangkat tubuhnya hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat memek ku terbuka lebat, kocokan Davine semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami bisa saling memandang sambil bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh peluh kenikmatan, wajah Davine menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu, lebih matang. Cukup lama kami bercinta dengan posisi ini, dia lalu telentang di sampingku, tanpa menunggu permintaannya, segera aku jongkok di atas kontolnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua kontol Davine masuk ke memek ku semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar