"Hen.. Hen.. kamu tidak apa-apa..?" tanya saya.
Hendra mulai menjawab dengan tersendat-sendat, "Ti.. ti.. ti..dakk aa..ku tidak apa-apa..!" katanya tapi wajahnya yang tegang, keringatnya tidak dapat ia sembunyikan.
Lalu saya bertanya lagi, "Hen.. kamu mau kan puaskan saya, saya ingin sekali Hen.. saya sudah lama tidak melakukannya", pinta saya kepada Hendra, ia masih tersendat-sendat lalu berkata, "Tapi Reen.. saya tidak bisa", jelas Hendra, saya mulai melirik kejantanannya. Wah.. ternyata sudah tegang, lalu saya remas-remas untuk memberinya rangsangan. Hendra mulai menikmatinya dan dia pun mulai berani menggoyangkan tangannya di liang kewanitaan saya, sayaa pun mulai mendesah karena merasa enak dan melayang.
Hendra mulai menjawab dengan tersendat-sendat, "Ti.. ti.. ti..dakk aa..ku tidak apa-apa..!" katanya tapi wajahnya yang tegang, keringatnya tidak dapat ia sembunyikan.
Lalu saya bertanya lagi, "Hen.. kamu mau kan puaskan saya, saya ingin sekali Hen.. saya sudah lama tidak melakukannya", pinta saya kepada Hendra, ia masih tersendat-sendat lalu berkata, "Tapi Reen.. saya tidak bisa", jelas Hendra, saya mulai melirik kejantanannya. Wah.. ternyata sudah tegang, lalu saya remas-remas untuk memberinya rangsangan. Hendra mulai menikmatinya dan dia pun mulai berani menggoyangkan tangannya di liang kewanitaan saya, sayaa pun mulai mendesah karena merasa enak dan melayang.
Hendra mulai mencium saya dan lidah kami saling hisap lalu saya buka reitsleting celananya dan baju dokternya saya buka. Hendra tidak terlalu susah saat membuka baju saya karena baju saya telah dibuka oleh Hendra sebelumnya sewaktu memeriksa saya tadi, tinggal membuka bra saya saja, yang tidak saya sangka Hendra sudah membenamkan wajahnya di liang kewanitaan saya. "Ohh.. ohh.. sungguh enaknya", desah saya, Hendra tampak asyik memainkan klitoris saya dan tangannya tidak ketinggalan memainkan puting dan payudara saya.
Setelah puas lalu giliran saya mengulum batang kemaluannya yang lumayan besar (kenapa saya sebut besar karena saya tidak mengetahui besarnya kemaluan pria, yang saya tahu hanya punya suami saya) mulai dari menjilat hingga menghisapnya. Hendra sangat menikmati sekali hisapan saya, yang terdengar hanya desahan nikmat, "Ssstt.. ahh.. emm.. ohh.. enak sekali Maureen enak.. kamu sungguh pinter sayang.. ohh.." tak ketinggalan tangannya memainkan liang kewanitaan dan puting susu saya, jempol dan jari telunjuknya memainkan klitoris saya sedangkan jari tengahnya masuk, karena makin lama semakin cepat Hendra memainkan jari tangannya, saya pun sudah mau keluar dan tak lama dari itu saya berteriak, "Hen.. ohh.. sstt.. saya keluarr.. Hen.. ohh enak sekali.." tanpa sadar saya menggit batang kemaluan Hendra karena saya bagai tak sadarkan diri, Hendra pun berteriak keras sekali, "Aaawww.. sakit", "Sorry.. sorry.. saya tidak sengaja", saya pun tak bisa menahan tawa saya.
Lalu kami melanjutkan kembali permainan seks kami. "Hen.. masukkan sekarang saja, saya sudah tidak tahan lagi.." lalu dengan bimbingan saya, saya mulai mengarahkan batang kemaluannya ke pintu liang kewanitaan saya yang sudah basah oleh cairan dan ludah Hendra itu hingga membuat liang kewanitaan saya licin. Lalu Hendra menempelkan kepala kemaluannya ke pintu kewanitaan saya yang tampak merah, dia mulai mengayunkan pantatnya ke depan tapi aneh sekali tidak bisa masuk entah karena terlalu licin atau memang punya Hendra terlalu besar, dia mulai membuka bibir kemaluan saya dengan kedua tangannya, dengan begitu lubang kewanitaan saya terbuka lebar dan dia mulai mengarahkan batang kemaluannya, dengan satu sentakan saja batang kemaluannya sudah masuk.
"Aduhh.. sakit Hen.." lalu Hendra mengambil sesuatu seperti cairan atau minyak, saya tidak mengetahuinya secara jelas dan Hendra pun mulai menggerakkan pantatnya maju mundur. "Ooohh.. uuhh.. hhmm.. sstt.." desahku. "Ayo terus sayang.. terus.. oohh.. kamu pinter.. Hen terus.. Hen.. terus sayang.. oohh.." Hendra pun kelihatannya tidak mau kalah, dia terus mendesah keenakkan, "Ooohh.. liang kewanitaan kamu masih sempit yah.. oohh.. enak sekali.. uuhh.. terus goyangkan pinggul kamu Reen.. terus sayang.. oohh.. sstt.."
Tak lama kemudian saya hendak keluar lagi. "Hen.. cepat.. Hen.. goyang lebih cepat lagi.. lebih cepat Hen.." dan, "Ooohh.. Hen.. saya keluuarr lagi.." saya mendesah panjang dan mengejang untuk beberapa saat sambil kakiku dilingkarkan di perutnya. Hendra pun mencabut batang kemaluannya dan bertanya pada saya, "Reen kamu sudah pernah melakukan anal belum..?" tanya Hendra. "Belum pernah.." jawab saya, "Habis kelihatannya sakit sich", lanjutku. "Ohh yah sudah nggak apa-apa kalau begitu kita rubah yah dengan dogdy style", bisiknya.
Lalu saya menungging dan Hendra mulai menusukkan batang kemaluannya dan sekarang ini kelihatannya Hendra tidak mengalami kesulitan untuk memasukkan batang kemaluannya, tampaknya Hendra sudah mau keluar karena goyangannya begitu cepat dan, "Ooohh.. aahh.. sstt.. uuhh.." Hendra pun menyemprotkan air maninya ke dalam liang kewanitaan saya, tak lama kemudian saya pun keluar untuk ketiga kalinya dan kami pun terkulai lemas bersamaan dengan datangnya kenikmatan yang tiada tara ini. Batang kemaluan Hendra masih terbenam di dalam liang kewanitaan saya.
Sesudah batang kemaluan Hendra mengecil saya melakukan kembali oral kepadanya, membersihkan sisa-sisa air mani dan cairan yang saya hasilkan dan kami pun berbenah diri sambil membersihkan diri. "Hen.. terima kasih yah.. kamu sudah memuaskan saya kamu hebat Hen." Hendra pun mengucapkan terima kasih kepada saya karena dia telah dipuaskan oleh saya. Hendra lalu menuliskan resep untuk saya, sewaktu saya hendak membayarnya dia menolak dengan alasan yang tadi itu sudah merupakan bayaran yang sangat mahal katanya. "Kalau begitu.. yah sudah", pikir saya. Saya pun pulang dan sewaktu saya melewati ruang tunggu ada beberapa pasien yang menunggu, rupanya tadi saya bercinta dengan Hendra cukup lama dan saya baru menyadarinya, "Ah.. cuek saja", pikir saya. Saya sering bercinta dengan Hendra sejak waktu itu tetapi sesudah suami saya pulang saya tidak pernah bercinta lagi dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar